ini tulisan yang entah keberapa kali. Tulisan
dari gadis bodoh yang tak pernah kau gubris sama sekali. Disini, ada seseorang
yang setia menulis tentangmu, meskipun setiap mengingatmu terkadang hatinya
selalu dirundung rindu yang tiada pernah berujung.
Setelah hampir 5 bulan lamanya kamu
menghilang dari kehidupanku.. kau tau saat hari itu terjadi rasanya seketika
aku mati rasa lagi. Bahkan untuk bernafaspun rasanya sesak. Aneh pasti bagimu
kan? Tapi buatku ini nyata.. mungkin karna aku telah menanam separuh jiwaku
didirimu hingga saat kau menghilang, aku kekurangan separuh jiwaku. Pernah kau
merasa seperti ini? Mungkin tidak.. dan biarkan aku saja yang merasakannya.
Sempat terbesit dibenakku untuk kembali
bangkit walau hanya dengan separuh jiwa ini. Yaa teman-temanku berlomba-lomba
memupuk lagi rasa yang kau bawa pergi. Tapi hati ini bergeming. Rasanya ia tak
mau berpindah walau hanya secenti saja, jengkel rasanya. Tapi apakah aku bisa
membohongi perasaan yang tulus ini?
aku tak pernah sesedih ini. Ku kira waktu
yang kubutuhkan untuk melupakanmu juga tak sepanjang ini. Aku salah besar,
hari-hari yang kulalui bersama dengan usaha untuk melupakanmu, ternyata tak
menemukan titik temu. Kamu masih jadi segalanya, masih berdiam dalam kepalaku,
masih jadi yang terpenting dalam hatiku. Maaf, jika segala kejujuranku
terdengar bodoh. Aku yakin pasti kamu menganggap bahwa sikapku berlebihan.
Seandainya sekarang aku berada disampingmu. Akan kuceritakan sebuah kisah
tentang melupakan dan mengikhlaskan, sungguh dua hal itu bukanlah hal yang
mudah.
Lima bulan harusnya waktu yang sangat cukup
untuk mengikhlaskan perasaan, namun ternyata aku tak termasuk dalam pernyataan
itu. Hari berganti bulan dan sosokmu masih jadi penunggu, menyergap
perhatianku, menguji imanku, dan merontokkan kepercayaanku. Belum ku temukan
bisikan lembut, selembut ketika kamu berbisik tentang cinta, mimpi, dan
harapan-harapan yang dulu ingin kita wujudkan berdua.
Dan aku masih menangisi juga menyesali yang
sempat terjadi. bertanya-tanya dalam hati mengapa semua harus berakhir sesakit
ini? Aku tak tahu sedang berbuat apa kamu disana. Aku tak lagi tahu kabarmu.
Segala ketidak tahuanku mengantarkan perasaanku pada perasaan asing, rindu yang
semakin hari semakin berontak. Rindu yang meminta pertemuan nyata. Rindu yang
memaksa dua orang yang sekarang berjauhan untuk kembali berdekatan.
Kalau aku berada disampingmu sekarang, ingin
rasanya aku mengulang segalanya. Kuperbudak waktu, kuhentikan detak jarum jam
semauku. Agar yang hadir dalam hari-hariku hanyalah kamu, hanyalah kita, dan
hanyalah bahagia tanpa air mata. Seandainya hal itu bisa kulakukan, mungkin
sekarang aku tak akan merindukanmu sesering dan sedalam sekarang.
Jujur aku benci harus mengakui ini. Aku
sering merindukanmu dan memendam perasaan ku. Tersiksa dengan angan sendiri,
mengiris hati dengan kemauan sendiri. aku ingin mengaku bahwa aku.. aku.. aku
masih mencintaimu dan berharap kamu kembali, walau hanya untuk menenangkanku
dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja :’)
Setiap malam, kureka wajahmu dalam angan.
Kamu kembali menjadi sosok magis yang tak mau hilang dari ingatanku. Ah.. aku
menyesali perasaanku sendiri. aku memang begini selalu mencintaimu.
Dan sekarang saat sosokmu kembali hadir, aku
berharap ini bukan hanya sekedar bayangan yang akan hilang saat gelap datang.
Aku ingin kamu tetap disini, berjuang bersama jika memang kau juga mempunyai
perasaan yang sama sepertiku.
Semoga kamu tak bosan membaca tulisan-tulisan
bodohku yang entah keberapa kalinya ini. Tulisan yang aku tulis tidak ke alamat
yang jelas, tulisan yang tak akan pernah sampai ke depan pintu rumahmu. Tulisan
yang tetap hanya sebuah tulisan dibaca tanpa digubris.
Ditulisan kesekian kali ini, aku pengagummu
yang pengecut, ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Aku tau ini telat, tapi
doaku takkan pernah telat untukmu. Tetaplah jadi yang teristimewa dibalik
sosokmu yang misterius itu. Dan satu lagi, tolong jangan tertawa ketika membaca
ini, aku merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar