Di ujung malam seperti ini, perempuan pada
umumnya sudah berada ditempat tidur. Menarik selimutnya sampai menutup bahu
untuk menghindari dingin malam yang mencekam atau dingin air conditioner kamar.
Ini salahku jika sampai saat ini aku belum terpejam, aku selalu sulit mencari
kantuk. Entah mengapa sulitnya mencari kantuk sama seperti sulitnya memahami
keinginamu.
Saat menulis ini, aku habis memerhatikan isi
kicauanmu bersama seseorang yang tak ku kenal. Seseorang yang tampak mesra
denganmu, dalam tutur kata, entah dalam dunia nyata. Aku menebak-nebak dank
arena teka-teki itulah aku jadi terluka parah. Seharusnya tak perlu kuikuti
rasa keingintahuanku. Tak perlu lagi kucari-cari kabarmu dari sudut dunia maya itu., tempat segala kemesraan bias
terjalin tanpa kutahu, apakah itu nyata atau drama belaka.
Begitu cepat kau dapatkan yang baru, sayang. Sementara
disini, aku masih menunggu kamu pulang. Aku tak temukan tangis dalam
hari-harimu, nampaknya setelah perpisahan kita kamu terlihat baik-baik saja. Tak
ada luka. Tak ada kegalauan. Tak ada duka. Kamu masih bias tertawa, aku tak tahu
pria macam apa yang dulu pernah ku cintai dengan sangat hati-hati.
Ingat kamu pernah bilang bahawa aku separuh
jiwamu. Sebagai perempuan yang tentu senang diberi harapan, aku tersenyum
bahagia saat membaca deretan kalimat manis itu. Jujur saja hamper setiap malam atau bahkan
setiap saat, aku masih sering merindukanmu. Mengingat betapa dulu kita pernah
baik-baik saja. Aku pernah kaubahagiakan, kau beri senyuman, kau buat tertawa,
juga terluka. Aku merasa begitu special, merasa begitu penting bagimu. Dan inilah
salahku, mengharapkanmu yang terlalu tinggi.
Ternyata ini semua yang terlihat.. luka ini
akan terus seperti ini, takkan bias tertutup rapat lagi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar