Selasa, 31 Juli 2012

Kumpulan Puisi Laila dan Majnun


Puisi 1 :

Berlalu masa,saat orang orang meminta pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seorang penolong yang akan
Mengabarkan rahasia jiwaku pada layla..?
Wahai layla, cinta telah membuatku lemah tak berdaya
seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki harta
cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
waktu terus berlalu dan bebatuan itu akan hancur,
berserak bagai pecahan kaca
begitulah cinta yang engkau bawa padaku
dan kini hatiku telah hancur binasa
hinggga orang-orang memanggilku si dungu yang
suka merintih dan menangis
mereka mengatakan aku telah tersesat
duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan
jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan
diterpa panas mentari
bagiku cinta adalah keindahan yang membuatku tak
bias memejamkan mata
remaja manakah yang dapat selamat dari api cinta…..?

Puisi 2 :

Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
 Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati.

Puisi 3 :

Layla telah ddikurung, dan orang tuanya mengancamku
Dengan niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga, hanya karena aku
Mencintai layla
Mereka menganggap cinta adalah dosa…
Cinta bagi mereka adalah noda yang harus
dibasuh hingga bersih
padahal kalbuku telah menjadi tawanannya
dan ia juga merindukanku
cinta masuk kedalam sanubari tanpa kami undang
ia bagai ilham dari langit yang menerobos dan
bersemayam dlam jiwa kami
dan kini kami akan mati karena cinta asmara
yang telah melilit seluruh jiwa
katakanlah padaku, pemuda mana yang bisa
bebas dari penyakit cinta…?

Puisi 4 :

Wahai layla kekasihku
Berjanjilah pada keagungan cinta agar sayap jiwamu
Dapat terbang bebas
Melayanglah bersama cinta laksana anak panah menuju sasaran
Cinta tidak pernah membelenggu
Karena cinta adalah pembebas yang akan
Melepaskan buhul-buhul keberadaan
Cinta adalah pembebas dari segala belenggu
Walau dalam cinta, setiap cawan adalah kesedihan
Namun jiwa pencinta akan memberi kehidupan baru
Banyak racun yang harus kita teguk untuk menambah kenikmatan cinta.
Atas nama cinta, racun yang pahitpun terasa manis
Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum pencinta
Dunia ada karena ada cinta…

Puisi 5 :

Wahai angin sampaikan salamku pada layla!
Tanyakan padanya apakah dia masih mau berjumpa denganku?
Apakah ia masih memikirkan diriku?
Bukankah telah kukorbankan kebahagiaan demi dirinya?
Hingga diri ini terlunta-lunta, sengsara di padang pasir gersang

Wahai kesegaran pagi yang murni dan indah!
Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada kekasihku
Belailah rambutnya yang hitam berkilau
Untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi hatiku

Wahai angina maukah engkau membawakan keharuman rambutnya padaku
Sebagai pelepas rindu
Sampaikan pada gadis yang memikat hati itu
Betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya
Hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan

Aku merangkak melintasi padang pasir
Tubuh berbalut debu dan darah menetes
Air mataku pun telah kering
Karena selalu meratap dan merindukannya
Duhai semilir angina pagi, bisikkan dengan lembut salamku
Sampaikan padanya pesanku ini :

Duhai layla, bibirmu yang selaksa merah delima
Mengandung madu dan memeancarkan keharumansurga
Membahagiakan hati yang memandang
 Biarkan semua itu menjadi milikku!!!

Hatiku kini dikuasai oleh pesona jiwamu
Kecantikanmu menusuk hatiku laksana anak panah
Hingga sayap yang sudah patah ini tidak mungkin dapat terbang

Berbagai bunga warna-warni menjadi layu dan mati
Karena cemburu pada kecantikan parasmu yang bersinar
Engkau laksana dewi dalam gelimang cahaya
Surgapun akan tertarik untuk mencuri segala keindahan yang engkau miliki
Karena engkau terlalu indah dan terlalu berharga untuk tinggal di bumi!

Duhai layla, dirimu selalu dalam pandangan
Siang selalu kupikirkan dan malam selalu menghiasi mimpi
Hanya untukmu seorang, jiwaku rela menahan kesedihan dan kehancuran.

Jeritanku menembus cakrawala
Memanggil namamu sebagai pengobat jiwa, penawar kalbu
Tahukah engkau, tahi lalat di dagumu itu seperti sihir
Yang tidak bisa aku hindari
Ia menjadi sumber kebahagiaan yang telah memikatku
Untuk selalu mengenangmu
Membuat insan yang lemah ini tidak lagi mempunyai jiwa
Karena jiwaku telah tergadaikan oleh pesonamu yang memabukkan
jiwaku telah terbeli oleh gairah dan kebahagiaan cinta yang engkau berikan

Dan demi rasa cintaku yang mendalam
aku rela berada dipuncak gunung salju yang dingin seorang diri
berteman lapar menahan dahaga
wahai kekasihku, hidupku yang tidak berharga ini
suatu saat akan lenyap
tetapi biarkan pesonamu tetap abadi selamanya dihatiku.

Puisi 6 :

Duhai betapa besar bahaya yang menghadang agar
Dapat bertemu denganmu
Kukorbankan semua yang aku miliki
Ku ubah diriku, hingga engkaupun tidak mengenaliku
Ku ayunkan langkah dengan tetes air mata
Dan setelah memasuki perkampunganmu
Kubuang semua tanda-tanda yang membuat orang mengenaliku
Kuikat diriku dengan rantai, bagai budak belian
Berjalan sambil mengadahkan tangan, meminta sedekah
Dan bocah-bocah itu tidak suka melihatku
Mereka berkumpul mengelilingiku
Menghardik dan melempariku, seperti anjing berbahaya.
Kini aku datang didekatmu
Duhai layla, tak mampu kutahan air mata yang menetes
Kasihanilah kelemahanku
Karena bagiku berat penderitaanku

Puisi 7 :

Kerabat dan handai taulan mencelaku
Karena aku telahdi mabukkan oleh kecantikanmu layla
Ayah, putra-putra paman dan bibi
Mencela dan menghardik diriku
Mereka tidak mampu membedakan cinta dengan hawa nafsu
Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru
Mereka tidak tahu, dalam cinta tidak ada seteru atau sahabat
Cinta hanya mengenal kasih sayang

Kubertanya dalam kalbu, ada apakah gerangan?
Keluarga layla takkkan menjual anak gadisnya
Berapapun harga yang ditawarkan
Dan keluargaku tak hendak membeli
Semoga allah menakdirkan kebaikan bagi kami
Dengan kerinduan mendalam yang selalu aku simpan
Semoga kelak kami dipertemukan

Tidakkah mereka mengetahui
Kini jiwaku telah terbagi
Satu belahan adalah diriku
Sedang yang lain telah aku isi untuknya
Tiada bersisa selain untuk kami

Wahai burung-burung merpati yang terbang di angkasa
Wahai negeri irak yang damai
Tolonglah aku
Sembuhkanlah rasa gundah gulana yang membuat kalbu tersiksa
Dengarkanlah tangisanku, suara batinku

Duhai, mereka menyampaikan kabar buruk
Layla sakit karena guna-guna
Mereka tidak tahu, sesungguhnya akulah tabib yang ia perlukan
Akulah yang mampu mengobati penyakitnya

Waktu terus berlalu, usia semakin menua
Namun jiwaku yang telah terbakar rindu
Belum sembuh jua
 Bahkan semakin parah

Bila kami ditakdirkan berjumpa
Akan kugandeng lengannya
berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian
sambil memanjatkan doa-doa pujian pada allah

Ya... Rabb, telah ku jadikan layla
angan-angan dan harapanku
hiburlah diriku dengan cahaya matanya
seperti kau hiasi dia untukku
atau, buatlah dia membenciku
dan keluarganya dengki padaku
sedang aku akan tetap mencintainya
meski banyak nian aral melintang

Mereka mencela dan menghina diriku
dan mengatakan aku hilang ingatan
sedang layla sering berdiam diri mengawasi bintang
menanti kedatanganku

Aduhai, betapa mengherankan
orang-orang mencela cinta
dan menganggapnya sebagai penyakit
yang selalu membelenggu kalbu

Bagaimana mungkin aku tidak gila
bila melihat gadis bermata indah
yang wajahnya bak mentari pagi bersinar cerah
menggapai balik bukit, memecah kegelapan malam

Keluargaku berkata
mengapakah hatimu wahai majnun
mengapa engkau mencintai gadis
sedang engkau tidak melihat harapan untuk bersanding dengannya..?

Cinta, kasih dan sayang telah menyatu
mengalir bersama aliran darah ditubuhku
cinta bukanlah harapan atau ratapan
walau tiada harapan, aku akan tetap mencintai layla

Sungguh beruntung orang yang memiliki kekasih
yang menjadi karib dalam suka maupun duka
karena Allah akan menghilangkan
dari kalbu rasa sedih, bingung dan cemas

Aku tak mampu melepas diri
dari jeratan tali kasih asmara
karena surga menciptakan cinta untukku
dan aku tidak mampu menolaknya

Sampaikan salamku kepada layla , wahai angin malam
katakan aku akan tetap menunggu
hingga ajal datang menjelang

2 komentar: