karena sejujurnya ini hanya sebuah karangan iseng gua aja.. met baca)
Ayam berkokok menandakan pagi telah datang. Malam yang penuh dengan tangisan dan kepedihan pun telah berganti dengan pagi yang mendatangkan tantangan yang baru dalam hidup. Seorang gadis yang sekarang sedang menginjak masa-masa remajanya sudah siap untuk pergi menuntut ilmu.
Gadis itu bernama Amelia Larasati. Dia merupakan sosok gadis yang baik, pintar, periang, mudah bergaul dan royal. Dengan tubuhnya yang semampai dan rambut yang terurai panjang membuat dia banyak di idolakan para lelaki di sekolahnya. Tutur bahasanya pun sangat sopan sehingga orang segan untuk berbicara yang kurang sopan di hadapannya.
Amelia adalah anak ke-2 dari dua bersaudara. Dia hidup dalam keluarga yang sederhana. Selama hampir 14 tahun dia hidup hanya bertiga dengan Abang dan Ibunya. Abangnya pun menjadi tulang punggung keluarga, karena Ayahnya tidak pernah menafkahi mereka.
Di sekolah, Amelia mempunyai banyak teman karena sifatnya yang friendly. Guru-guru juga banyak yang menyukai Amelia, karena dia salah satu murid yang berprestasi dan sering membanggakan sekolah. Namun walau kehidupan di sekolahnya serasa sempurna, tetapi sebenarnya kehidupan dalam keluarganya tidak sesempurna kehidupannya di sekolah. Dia bahkan sering merasa bahwa kehidupan dalam keluarganya tak seindah bayangannya.
Walau dia terlihat selalu ceria, tetapi sebenarnya ada pertanyaan yang selalu mengganjal di hatinya. Mengapa Ayahnya meninggalkan Ibunya ? padahal Ibunya adalah sosok wanita terbaik di mata Amelia, dan karena itu Amelia beranggapan bahwa semua laki-laki hanya bisa menyakiti perasaan wanita yang telah tulus mencintainya. Amelia merasa tidak sempurna, karena dia merasa tidak pernah mendapatkan sentuhan kasih sayang dari Ayahnya yang telah meninggalkan dia bertahun-tahun tanpa kabar berita.
Pagi ini Amelia melangkahkan kaki ke kelas XI IPA 1 untuk belajar seperti rutinitasnya sehari-hari. Ternyata di dalam kelas sudah banyak teman-temannya yang datang. Amelia langsung menaruh tasnya di meja. Tiba-tiba seseorang laki-laki menghampiri dirinya.
“Hey Sayang, kok tumben datengnya siang”? tanya seorang laki-laki bernama Angga.
“Iya.. tadi bangunnya kesiangan.” jawab Amelia lemas.
Bel pun berbunyi, tanda mulai pelajaran. Tapi baru setengah jalan pelajaran biologi, Amelia sudah lemas dan tidak berkonsentrasi. Dian teman sebangkunya khawatir melihat muka Amelia yang pucat sekali.
“Lya, kamu sakit? Kok mukanya pucat banget?” tanya Dian khawatir.
“Oh.. tidak apa-apa kok Di. Aku cuma agak pusing.” jawab Amelia.
“Pasti tadi belum sarapan ya?” tanya Dian lagi.
“Haha.. kayak tidak tahu aku saja.” jawab Amelia sambil sedikit tersenyum.
“Ya sudah kita ke UKS saja ya? Aku izin dulu ke Bu Iis.” ajak Dian.
Setelah Dian meminta izin ke Bu Iis, akhirnya Amelia di bawa ke UKS untuk beristirahat. Di dalam UKS tiba-tiba Dian membicarakan soal Angga. Dian memang dulu adalah pacarnya Angga tapi karena Dian tahu bahwa Angga ternyata menyayangi Amelia, akhirnya Dian melepaskan Angga dan membiarkan Amelia dan Angga jadian.
“Lya.. kamu sama Angga udah berapa bulan?” tanya Dian tiba-tiba.
“Sekitar 2 bulan. Kenapa Di?”
“Oh tidak apa-apa hanya ingin tahu saja. Kamu sayang tidak sama Angga?”
“Yah.. gitulah Di. Kamu kan tahu aku tidak terlalu percaya dengan laki-laki. Laki-laki itu kerjaannya hanya nyakitin perasaan wanita saja. Aku tidak ingin kemakan rayuan laki-laki. Sudah cukup Mama aku dikhianati oleh Ayah dan aku tidak mau itu terjadi kepadaku.” jawab Amelia sedikit kesal.
“Iya aku tahu. Maaf kalau aku menanyakan hal ini.”
“Iya tidak apa-apa Di.”
Tiba-tiba handphone Dian berdering. Dian keluar dari ruang UKS sambil mengangkat telephon tersebut. Awalnya Amelia tidak curiga dengan pembicaraan Dian dengan seseorang yang sedang menelephonnya, tapi saat nama dia disebut-sebut Amelia jadi penasaran juga. Akhirnya Amelia keluar mendekati Dian.
“Di, telephone dari siapa? Kok ngomongnya bisik-bisik?” tanya Amelia.
“Ya Allah Lya, kamu bikin kaget aja. Ini telephone dari Lisa.” jawab Dian.
“Oh.. kok tadi nyebut-nyebut nama aku? Kangen ya Lisa hehe.” tanya Amelia sedikit bergurau.
“Kata Lisa, si Angga nanyain kondisi kamu.”
“Oh si Angga.”
Setelah tahu bahwa tidak ada yang perlu di curigai, Amelia masuk lagi ke dalam ruang UKS. Amelia mencoba memejamkan matanya. Baru sebentar dia tertidur, sudah banyak suara yang berbisik-bisik di sampingnya.
“Aku tidak yakin.”
“Aku juga tidak Ca, tapi Lisa bilang seperti itu.”
“Von, kita lebih kenal Lya dari pada Lisa. Aku yakin pasti bukan Lya.”
“Tapi Dian juga bilang seperti itu kok.”
“Iya aku tahu, tapi sulit untuk mempercayainya.”
“Iya Ca, aku juga sulit mempercayainya, tapi kalau bukan Lya, kenapa Lisa dan Dian yakin sekali?”
“Aku juga bingung. Kasihan Lya.”
Amelia terus mendengarkan pembicaraan dari dua orang tersebut yang Amelia yakin dari suaranya bahwa itu adalah suara Ica dan Vonny. Tetapi yang membuat Amelia heran apa yang sedang di bicarakan oleh Ica dan Vonny. Mengapa mereka menyebut nama dia, Lisa dan Dian? Apa sebenarnya yang sedang di sembunyikan sahabat-sahabatnya dari dirinya.
Hari silih berganti. Tetapi sampai detik ini Amelia belum juga mengetahui apa yang sedang di sembunyikan sahabat-sahabatnya terhadap dirinya. Amelia jadi bingung dengan semua keadaan ini.
Suatu hari saat Amelia baru masuk ke dalam kelas, tiba-tiba Lisa, Dian, Ica, Vonny dan Angga beramai-ramai keluar kelas tanpa menyapa Amelia. Amelia sangat heran dengan sikap mereka semua. Amelia langsung menghampiri Anis yang sedang duduk sambil membaca komik conan.
“Nis, anak-anak pada mau kemana? Kok tumben tidak mengajak kita?” tanya Amelia.
“Aku tadi di ajak, tapi tidak mau. Lagi seru baca komik nih.” jawab Anis santai.
“Hemm.. Nis, aku ingin Tanya sesuatu sama kamu. Ada yang lagi di sembunyikan dari kalian ke aku ya?”
“Ahh.. kata siapa Ly? Tidak ada kok mungkin itu perasaan kamu saja.” jawab Anis sedikit terbata-bata.
“Jangan bohong Nis. Aku tahu kalian sedang menyembunyikan sesuatu. Please kasih tahu aku.” pinta Amelia.
“Aku tidak bohong Lya. Kita tidak menyembunyikan apapun dari kamu. Malah sepertinya kamu yang menyembunyikan sesuatu.”
“Aku.. aku menyembunyikan sesuatu? Aku tidak menyembunyikan apa-apa.”
“Oh ya?”
“Kamu kenapa si Nis? Aku benar-benar tidak menyembunyikan apa-apa. Kenapa sifat kalian berubah terhadapku? Apa aku punya salah kepada kalian?” tanya Amelia sambil menahan tangis.
“Kamu pikirkan saja apa salah kamu.” jawab Anis.
Anis langsung berdiri dan pergi meninggalkan Amelia sendiri dengan pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Apa yang salah dengan dirinya sampai-sampai pacar dan sahabatnya menjauhi dirinya.
Pagi berganti siang, siangpun berganti malam. Amelia berharap malam ini tidak menjadi malam yang menyedihkan untuk dirinya. Tidak menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan sosok Ayah yang tak kunjung datang hanya sekedar untuk menjenguk dirinya. Tiba-tiba handphone Amelia berbunyi. Saat Amelia buka ternyata ada SMS dari Angga. Tapi yang membuat Amelia bingung SMS itu sepertinya bukan buat dirinya.
To : Amelia 089636182902
From : Angga 085692125067
“ha.. serius lo Lis? Lya itu klepto? Gila banget !! emang barang apa saja yang sudah di curi oleh Lya?”
Amelia sangat kaget setelah membaca SMS tersebut. Hatinya sakit bagai di sayat-sayat oleh silet. Dia tidak pernah menyangka bahwa pacar dan sahabatnya membicarakan dia di belakang. Air matapun tak bisa di bendung lagi. Handphone Amelia lagi-lagi berbunyi. Tetapi kali ini bukan SMS melainkan telephone dari Angga.
“Halo.. bebh maaf ya tadi aku salah kirim SMS.” ucap Angga.
“Emang tadi mau di kirim ke siapa SMSnya?” tanya Amelia menahan amarah.
“Ke Lisa. Maaf ya sayang.” jawab Angga sedikit menyesal.
“Maksud SMS itu apa? Siapa yang kalian maksud klepto?” tanya Amelia lagi.
“Oh.. bukan siapa-siapa kok bebh. Udah SMS itu tidak usah kamu hiraukan.” jawab Angga sedikit gugup.
“Emang kata Lisa aku udah ngambil apa saja? Jawab jujur!!” bentak Amelia.
“Eh.. katanya Lisa kamu ngambil sepatunya Icha, bajunya Lisa, sama cincinya Vonny. Emang benar ya kamu yang ngambil?” tanya Angga takut.
“Ya Allah.. bisa-bisanya ya kalian fitnah aku kayak gitu. Kapan aku ngambil barang-barang itu? Tahu barang-barangnya aja tidak!! Aku tahu, aku bukan orang kaya seperti kalian, tapi aku masih punya harga diri!! Buat apa aku ngambil barang-barang kalian!! Aku juga masih sanggup untuk beli barang-barang seperti itu!! Aku memang sudah tidak punya Ayah, tapi keluarga aku mengajarkan aku agama!! Terima kasih atas tuduhan ini!! Mulai detik ini kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!!Sumpah aku kecewa sekali dengan kalian!!” teriak Amelia.
Amelia langsung membanting handphonenya dan langsung menangis sejadi-jadinya. Dia sudah lelah dengan semua penderitaan ini. Sekolah yang dulu menjadi tempat yang paling sempurna bagi dirinya akan menjadi tempat yang paling menyakitkan buat hatinya, karena dia akan bertemu dengan teman-teman yang dia sayangi tapi telah mengkhianatinya.
Sudah satu bulan kejadian tersebut terjadi. Hari ini tiba-tiba sikap Angga, lisa, dan Dian berubah. Mereka seakan-akan ingin mengambil hati Amelia lagi. Tetapi Amelia sudah terlalu sakit hati dengan pengkhianatan mereka. Amelia merasa mereka sudah tidak pantas di sebut dengan sebutan sahabat.
“Lya.. nanti pulang sekolah jangan langsung pulang ya. Aku sama yang lain mau ngomong sebentar sama kamu.” ucap Lisa.
“Sekarang saja ngomongnya.” jawab Amelia ketus.
“Tidak enak kalau di dengar orang lain. Pokoknya nanti pulang sekolah tetap di kelas dulu ya kawan.” pinta Lisa.
Saat bel tanda pulang sekolah berbunyi semua murid bergegas keluar dari kelas masing-masing. Di dalam kelas XI IPA 1 tinggal beberapa murid yang tidak langsung bergegas keluar. Suasana di dalam kelas tersebut sangat sunyi, tidak ada satu orang pun yang berbicara. Tiba-tiba Kak Upi, kakak kelas mereka yang memulai berbicara.
“Hey De.. kenapa semuanya pada diem kayak gini. Katanya Kakak di suruh datang. Sekarang Kakak sudah datang tapi kaliannya yang pada diam.” ucap Kak Upi.
“Iya katanya kamu mau ngomong sesuatu Lis, cepat !!” ucap Amelia sedikit keras.
“Bukan aku yang mau ngomong, tapi Dian.” jawab Lisa.
“Lya, aku to the point aja ya. Maksud kamu apa nyebarin ke semua orang kalau aku itu merokok?” tanya Dian.
“Hah? Aku tidak nyebarin ke semua orang kalau kamu merokok.”
“Halah tidak usah bohong deh!! Kalau bukan kamu siapa? Kamu juga bilang ke Kak Upi kan? Kenapa? Sirik!!”
“Kamu ngomong apa sih? Ngawur banget!! Asal kamu tahu aku tidak pernah nyebarin apa-apa ke orang kalau kamu ngerokok apalagi ke Kak Upi.”
“Dasar pembohong!!”
“Heh kalau kamu tidak percaya, tanya saja sama Kak Upi siapa yang ngasih tahu dia kalau kamu ngerokok.”
“Iya Di, emang bukan Lya kok yang ngasih tahu Kakak. Lisa yang ngasih tahu Kakak.” ucap Kak Upi.
“Lis..”
“Sorry Di, waktu itu aku lagi sebel sama kamu makanya aku kasih tahu ke Kak Upi.”
“Oke, emang bukan kamu Ly yang ngasih tahu Kak Upi. Tapi kamu udah ngerebut Angga dari aku. Kamu tidak tahu kan aku sangat sayang sama Angga.”
“Di, dengar ya, aku tidak merebut Angga dari kamu. Waktu Angga nembak aku, kamu sama Angga sudah putus dan bukannya dulu kamu bilang bahwa kamu sudah merelakan Angga untuk aku.”
“Kamu itu bodoh ya!! Kamu itu tidak peka sama perasaan aku. Seharusnya kamu sadar kalau aku hanya berpura-pura rela melepas Angga buat kamu.”
“Oh.. jadi semuanya yang kamu lakuin itu pura-pura? Bahkan mungkin kamu juga berpura-pura dengan persahabatan kita ini?” tanya Amelia.
PLAKK!!
Tiba-tiba Dian menampar pipi Amelia tanpa sebab. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu terperangah melihatnya.
“Itu tamparan karena kamu udah ngerebut Angga dari aku!!”
“Di, apa-apaan si kamu pake nampar Lya segala?” tanya Lisa.
“Biarin, aku udah muak dengan keluguaan dia!!”
“Di, aku cukup sabar ya diperlakukan seperti ini. Seharusnya kalau ada yang mau nampar itu adalah aku. Buat apa kamu fitnah aku sebagai klepto? Sampai menyebarkan ke semua orang!! Kapan kamu pernah liat aku ngambil barang orang!! Dan kamu juga Lis, aku selalu bantuin kamu saat kamu punya masalah tapi ini balasan kamu terhadap aku!!”
“Aku, tidak mengerti maksud kamu Ly.” ucap Lisa.
“Jangan pura-pura kamu Lis!! Kamu kan yang menfitnah aku ke Angga bahwa aku itu klepto. Aku punya salah apa si sama kamu sampai-sampai kamu memperlakukan aku seperti ini.”
“Aku tidak pernah bilang apa-apa sama Angga. Jangan sembarangan nuduh kamu Ly!!”
“Ini kalau tidak percaya masih ada SMS dari Febri yang seharusnya di kirim ke kamu tapi malah dia kirim ke aku.”
Amelia memberikan handphonenya kepada Lisa. Sesaat lisa membaca isi dari SMS tersebut. Lisa terkejut setelah membaca SMS tersebut.
“Aku tidak pernah SMSan sama Angga seperti ini kok. Aku berani sumpah.”
“Tapi di SMS itu tertulis nama kamu. Kalau bukan untuk kamu lalu untuk siapa?”
“SMS itu memang bukan buat Lisa.” ucap Angga akhirnya.
“Maksudnya?” tanya Amelia dan Lisa bersamaan.
“Sebenarnya aku waktu itu sedang SMSan sama Dian, lalu Dian menyuruh aku untuk berpura-pura salah kirim ke kamu Lya, tapi menggunakan nama Lisa. Seakan-akan yang sedang SMSan sama aku adalah Lisa.”
“Jad.. jadi kalian berdua..” tanya Amelia terbata-bata.
“Kalian sengaja mengadu domba aku sama Lya?” tanya Lisa menahan amarah.
“Iya!! Karena aku marah, aku kesal, aku iri melihat kalian berdua terlalu dekat. Kenapa Amelia harus selalu mendapatkan apa yang aku mau. Makanya aku sekarang mau menghancurkan persahabatan ini. Karena aku ingin, cuma aku yang bisa memiliki banyak teman.”
“Gila kamu Di!! Jadi selama ini aku membela orang gila macam kamu!!” ucap Lisa.
“Aku gila karena Lya!! Dia udah merebut semua yang seharusnya menjadi milik aku!!!”
“Dasar bodoh!! Kalau kamu bilang dari awal Di, aku akan memberikan semua yang kamu mau. Aku sudah menganggap kamu seperti adik aku sendiri. Kalau seperti ini kamu hanya merusak semuanya.”
“DIAM!! Jangan sok baik!!” teriak Dian.
Dian langsung pergi meninggalkan ruangan. Semua orang yang ada di dalam ruangan bingung dengan tingkah laku Dian.
“Ga, kejar Dian gih. Kayaknya yang bisa nenangin dia cuma kamu.” ucap Amelia.
“Tapi ly..”
“Sudah cepat!! Bilang sama Dian lupain saja masalah ini. Aku tidak mau memperpanjang masalah. Kalau dia masih ingin berteman denganku, aku selalu siap menjadi temannya.”
“Lya, terima kasih ya. Kamu sangat baik. Maaf aku dan Dian sudah mengkhianati dan mengecewakan kamu.”
“Lupakan saja. Tapi aku ingin jangan kamu kecewain aku lagi. Jaga Dian ya Ga.”
“Pasti Ly.” ucap Angga sambil pergi untuk menyusul Dian.
Tiba-tiba Kak Upi mengambil tangan Lisa dan tangan Amelia, lalu tangan mereka di persatukan. Amelia dan Lisaa saling tatap dan menahan tangis.
“Kakak minta sekarang kalian berdua baikan. Jangan pernah ada masalah seperti ini lagi. Bicarain baik-baik kalau ada maslalah.”
“Kak Upi..” ucap Amelia dan Lisa serempak.
“Kakak ingin melihat adik-adiknya akur. Bisakan Dek?”
“Iya Kak, kita pasti selalu akur. Makasih ya Kak dah mau bantuin masalah kita.” ucap Amelia.
“Iya Kak makasih banget. Heem.. Lya aku minta maaf ya. Kamu maukan memaafkan aku?” tanya Lisa penuh harap.
“Dengan senang hati Lisa.”
Lisa langsung memeluk Amelia. Mereka saling berpelukan dan menangis bahagia. Akhirnya masalah mereka telah terselesaikan. Mereka berharap kejadian hari ini menjadi pelajaran yang berharga untuk mereka agar dapat mempertahankan persahabatan mereka.
“Aduh sedih banget. Ikutan nangis akh..” seru Kak Upi
“Hahaha”
“TAMAT”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar